ANALISIS KOMPONEN BIOAKTIF PADA
GENJER (Limnocharis flava)
Fatmasari Nuarisma/C34100055
Departemen
Teknologi Hasil Perairan
Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
22 Mei 2012
ABSTRAK
Genjer (Limnocharis flava) tumbuhan darat liar sama
seperti kangkung, semanggi dan bopong yang termasuk pada jenis yang sama, tapi
genjer hanya akan tumbuh subur di lahan yang banyak tergenang air. Ekstraksi adalah istilah yang digunakan untuk operasi yang
melibatkan perpindahan suatu konstituen padat atau cair (solute) ke
dalam cairan lain yaitu solvent atau pelarut. Metode ekstraksi yang
digunakan adalah ekstraksi tunggal dengan pelarut etanol. Fitokimia
adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan
disimpan oleh tumbuhan. Uji fitokimia
tanaman genjer (Limnocharis flava) memiliki
senyawa aktif yang menunjukkan hasil positif yaitu steroid,
fenol hidrokuinon, dan benedict. Tujuan
dari praktikum ini adalah mengetahui komponen bioaktif yang terdapat pada tanaman genjer.
Hasil praktikum menunjukkan genjer memiliki senyawa aktif steroid, fenol
hidrokuinon, dan Benedict.
Kata kunci: ekstraksi, fitokimia,
genjer, Limnocharis
flava
PENDAHULUAN
Genjer (Limnocharis flava) merupakan tumbuhan
darat liar sama seperti kangkung, semanggi dan bopong yang termasuk pada jenis
yang sama, tapi genjer hanya akan tumbuh subur di lahan yang banyak tergenang
air. Tumbuh di lembah sungai, genjer juga mudah ditemui pada lapisan tanah
gembur dan lapisan lumpur yang tergenang air dangkal. Selain itu lahan
persawahan yang digenangi air setelah masa panen atau disela tanaman padi yang
masih muda (Maria 2001). Tanaman genjer yang sering disebut sebagai tanaman terna ini berasal dari daerah tropis Amerika, tetapi terdapat
juga tumbuh liar di daerah panas lain.
Pemanfaatan tanaman genjer
sering dijadikan sebagai bahan masakan untuk sayuran, seperti pada
daunnya. Pada bunga genjer muda juga
enak dijadikan masakan. Genjer cocok diolah menjadi tumisan, lalap, pecel,
campuran gado-gado atau dibuat sayur
bobor. Biasanya tanaman genjer (Limnocharis flava) ditemukan bersama-sama
dengan eceng gondok.
Berikut adalah klasifikasi
tanaman genjer menurut plantamor.com (2008)
adalah:
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Liliopsida
Ordo :
Alismatales
Genjer merupakan tumbuhan rawa
yang berakar dalam tanah, bergetah dan menghasilkan tanaman baru dengan
membengkokkan tangkai bunga kemudian terbentuk akar pada ujungnya. Tanaman ini
berumur lebih dari satu tahun atau karena pengeringan periodik tempat tumbuhnya
berumur satu tahun, tumbuh luas merumpun. Secara morfologi, tanaman genjer
memiliki panjang daun 7,5 – 27 cm, berwarna hijau muda, bentuk bulat telur
dengan tangkai daun yang panjang, tebal, bersisi tiga dan sisi belakang ujung
daun berpori air dengan tepi warna keunguan. Bunga genjer majemuk dengan
berbentuk payung, agak lunak, tebal dengan tungkai bungai yang panjang (Nisma dan Arman 2008).
Tanaman genjer (Limocharis flava) merupakan tanaman yang mempunyai daun yang
termasuk kategori daun lengkap. Daun
genjer mempunyai ketiga bagian-bagian daun itu. Jadi berdasarkan kelengkapan
daun, tanaman genjer ini termasuk pada daun lengkap. Pada tanaman ini tidak
ditemukan daun tambahan, dan jumlah helaian daun tanaman ini termasuk pada
kategori daun tunggal (folium simplex)
(Nisma dan Arman 2008).
Berdasarkan
susunan tulang daun, tanaman genjer memiliki tulang daun yang melengkung yaitu
daun yang susunan tulang daunnya melengkung. Bagian daun terlebar pada genjer
terletak pada bagian tengah helaian daun. Ujung distal helai daun (apex) meruncing (acuminatus). Tunggal, roset akar, bertangkai persegi, lunak,
panjang 15-25 cm, helai daun lonjong, ujung meruncing pangkal tumpul, tepj
rata, panjang 5-50 cm, lebar 4 25 cm, pertulangan sejajar, hijau. Berdasarkan sifat
batang genjer termasuk pada batang basah (herba), karena batang ini biasanya
mengandung air, tidak berkayu dan berwarna hijau. Batang tanaman genjer
berbentuk bundar (globosus). Arah batang di atas tanah
genjer memiliki
batang yang tegak (erectus) dengan
berarah tegak lurus ke atas. Apabila dilihat tanaman ini mempunyai akar
serabut. Akar lembaga dari tanaman ini dalam perkembangan selanjutnya mati atau
kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya
keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan berasal dari calon akar
yang asli yang dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut, oleh karena itu
dinamakan akar serabut (radix adventicia).
Morfologi genjer dapat dilihat pada Gambar 1 (Lampiran 1).
Pemanfaatan tanaman genjer (Limnocharis flava) dilakukan terhadap daun muda
dengan petiole dan
buah yang belum terbuka yang dimakan
sebagai sayuran, di Indonesia
terutama di Jawa Barat, Malaysia,
dan Thailand. Tanaman ini biasanya
tidak dimakan mentah tetapi
dipanaskan di atas api atau dimasak
untuk waktu yang singkat. Pengolahan
genjer sebagai penambah nafsu
makan adalah dengan pengukusan
genjer segar hingga setengah
matang yang dikonsumsi sebagai
lalapan. Daun dan bunga genjer
berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Daun dan bunga genjer banyakmengandungkardenolin,flavonoid, dan polifenol. Selain disayur, genjer
juga digunakan sebagai pakan makanan ternak, batang genjer dicacah menjadi
bagian kecil-kecil, kemudian dicampur dengan bekatul atau dedak.
Praktikum Uji Fitokimia Genjer (Limnocharis flava) bertujuan untuk mengetahui
komponen bioaktif yang terdapat pada tanaman
genjer.
BAHAN
DAN METODE
Waktu
dan Tempat
Praktikum
Uji Fitokimia genjer (Limnocharis flava)
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2012, pukul 10.30 sampai dengan 13.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium
Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
dan Alat.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini
adalah etanol 95%, Anhidra asetat, serbuk Magnesium, Amil alkohol, alkohol,
etanol 70%, pereaksi Molisch, pereaksi Benedict, pereaksi Biuret, Ninhidrin,
pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan
pereaksi Wagner.
Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur, pisau, talenan, alumunium foil,
timbangan, kapas, orbital shaker, rotary vacuum evaporator, tabung reaksi,
pipet tetes, pipet volumetrik, dan sudip.
Prosedur
Kerja
Ekstraksi
dilakukan dengan menghancurkan sampel sebanyak 25
gram kemudian dimaserasi dengan dengan pelarut kloroform sebanyak 100 ml selama
48 jam dengan diberi goyangan menggunakan orbital
shaker dengan kecepatan 8 rpm. Hasil maserasi yang berupa larutan kemudian
disaring dengan kertas saring Whatman 42 sehingga diperoleh filtrat dan
residu. Setiap residu di maserasi dengan pelarut dan filtratnya dievaporasi
menggunakan rotary vacuum evaporator pada
suhu 50 oC. Ekstrak yang diperoleh kemudian digunakan untuk untuk
uji fitokimia. Diagram alir uji fitokimia genjer dapat dilihat pada Gambar 2.
Uji fitokimia
meliputi uji alkaloid, uji steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon,
Molisch, Benedict, Ninhidrin, dan Biuret. Uji alkaloid dilakukan dengan
melarutkan 2 ml sampel dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N kemudian diuji
dengan pereaksi Dragendorff, Wagner, dan Meyer.
Uji
Steroid dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel dalam 3-4
tetes kloroform, lalu ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat.
Uji
flavonoid dilakukan dengan menambahkan 2 ml sampel dan serbuk magnesium, amil
alkohol serta alkohol. Uji saponin dilakukan dengan mendeteksi busa dalam air
panas.
Uji fenol
hidrokuinon dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel dengan etanol 70% kemudian
ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%.
Uji
Molisch dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel dalam pereaksi Molisch sampai
terbentuk warna ungu.
Uji
Benedict dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel dalam pelarut Benedict,
dididihkan selama 5 menit. Uji Biuret dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel
dalam pereaksi Biuret sampai berwarna ungu.
Uji
Ninhidrin dilakukan dengan melarutkan sampel dalam beberapa tetes larutan
Ninhidrin 0.10%, kemudian dipanaskan sampai terbentuk warna biru.
Gambar 2 Diagram alir prosedur
kerja ekstraksi genjer (Limnocharis flava)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji fitokimia atau kadang disebut
fitonutrien merupakan segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari
sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan. Fitokimia ini biasanya
digunakan untuk merujuk pada pada senyawa yang
ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tetapi
memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi
pencegahan penyakit. Komponen-komponen aktif yang terdapat dalam senyawa
fitokimia adalah alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, fenol hidrokuinon,
tannin dan polifenol (Sovia 2006).
Berikut merupakan hasil uji
fitokimia pada tanaman genjer (Limnocharis
flava) pada Tabel 1.
Tabel 1
Hasil uji fitokimia Limnocharis flava.
Uji
|
Hasil
|
Warna
|
||
-/+
|
Awal
|
Akhir
|
||
Alkaloid
|
|
|
|
|
Dragendorff
|
-
|
Hijau tua
|
Jingga tanpa
endapan
|
|
Meyer
|
-
|
Kuning
kehijauan
|
Kuning bening
|
|
Wagner
|
-
|
Hijau tua
|
Coklat tanpa
endapan
|
|
Steroid
|
+
|
Hijau tua
|
Hijau tua
pekat
|
|
Flavonoid
|
-
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
|
Saponin
|
-
|
Hijau tua
|
Tak berbusa
|
|
Molisch
|
-
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
|
Benedict
|
+
|
Hijau tua
|
Endapan merah
bata
|
|
Fenol
hidrokuinon
|
+
|
Hijau
kekuningan
|
Hijau tua
|
|
Ninhidrin
|
-
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
|
Biuret
|
-
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
|
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil
uji fitokimia yang menghasilkan nilai positif yaitu ada pada uji steroid,
benedict dan fenol hidrokuinon. Pada uji steroid warna yang dihasilkan yaitu
hijau tua pekat, benedict berwarna merah bata, dan pada fenol hidrokuinon
berwarna hijau tua. Hasil ini berbeda dengan apa yang
dikatakan Nisma dan Arman (2008) bahwa genjer
mempunyai kandungan kardenolin, flavonoid, dan polifenol. Hasil ini berbeda
karena kebanyakan senyawa aktif dalam tumbuhandikelompokkan ke dalam golongan
metabolit sekunder, yaitu senyawa yang disintesis oleh tumbuhan bukan untuk
kebutuhan tumbuh dan berkembang, melainkan untuk mempertahankan eksistensi dan
keberlanjutan spesiesnya dalam berinteraksi dengan ekosistem.
Maisuthisakul
et al. (2005) meneliti mengenai
aktivitas anti radikal, kadar flavonoid dan total fenol. Menurut penelitiannya
bahwa kadar fenol pada daun genjer yaitu 5,4 mg GAE/g db, flavonoid sebesar
3,7 mg GAE/g db, dan aktivitas anti
radikal sebesar 0,1 l/EC50.
Uji alkaloid merupakan metabolit
basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan
sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid adalah senyawa kimia tanaman hasil
metabolit sekunder yang terbentuk berdasarkan prinsip pembentukan campuran.
Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan
berbentuk kristal dan hanya sedikit yang berbentuk cairan pada suhu kamar,
contohnya pada nikotina.
Senyawa-senyawa golongan
alkaloid misalnya caffeine, theobromine dan theophylline (Sirait
2007). Kelompok senyawa alkaloid terdiri dari alkaloid sesungguhnya,
protoalkaloid dan pseudoalkaloid. Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa
tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali
bersifat basa, mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklis, diturunkan dari
asam amino, dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana, nitrogen asam amino tidak
terdapat cincin heterosiklis, dan diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam
amino yang bersifat basa. Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam
amino dan biasanya senyawa ini bersifat basa (Sastrohamidjojo 1996 dalam Sudirman 2011).
Uji flavonoid merupakan
kelompok besar fitokimia yang bersifat melindungi dan banyak terdapat pada buah
dan sayuran. Flavonoid sering dikenal sebagai bioflavonoid yang berperan
sebagai antioksidan. Antioksidan dapat menetralkan atau menginaktifkan reaksi
yang tidak stabil pada molekul
yang disebut sebagai radikal bebas yang dapat menyerang
sel tubuh. Flavonoid terdapat beberapa jenis dan masing-masing berperan dalam
menjaga kesehatan. Senyawa-senyawa flavonoid termasuk di dalamnya adalah resveratrol,
anthocyanin, quercetin, hesperidin, tangeritin, kaemferol, myricetin dan apigenin.
Flavonoid telah ditemukan pada
jeruk, kiwi, apel, anggur merah, brokoli dan teh hijau. Flavonoid adalah
bagian dari senyawa fenolik yang terdapat pada pigmen tumbuh-tumbuhan.
Kesehatan manusia sangat tergantung pada flavonoid sebagai antioksidan
untuk mencegah kanker. Manfaat utama flavonoid adalah untuk melindungi
struktur sel, membantu memaksimalkan manfaat vitamin C, mencegah keropos
tulang, sebagai antibiotik dan anti-inflamasi (Winarsi 2007 dalam Sudirman 2011).
Flavonoid juga dapat berperan
dalam pencegahan dan pengobatan penyakit umum lainnya, yaitu periodontitis,
wasir (ambeien), encok, rematik, diabetes melitus, katarak dan asma. Istilah
flavonoida diberikan untuk senyawasenyawa fenol yang berasal dari kata flavon
yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan (Harborne 1987 dalam Sudirman 2011).
Triterpenoid adalah senyawa
yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara
biosintesis diturunkan dari hidrokarbon
C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang
rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Sterol atau
steroid adalah triterpenoid yang kerangka dasarnya cincin siklopentana
perhidrofenantren. Senyawa sterol pada tumbuhan disebut dengan fitosterol, yang
umum terdapat pada tumbuhan tinggi adalah sitosterol, stigmasterol dan
kampesterol. Senyawa ini dapat diklasifikasikan menjadi steroid dengan atom
karbon lebih dari 21, yaitu sterol, sapogenin, glikosida jantung dan vitamin D.
Senyawa ini dapat digunakan dalam pembuatan obat (Harborne 1987 dalam Sudirman 2011).
Saponin atau glikosida
sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar luas dalam tanaman.
Tiap saponin terdiri dari sapogenin yang merupakan molekul aglikon dan sebuah
gula. Saponin merupakan senyawa yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air
dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah,
sering digunakan sebagai deterjen. Saponin dapat digunakan untuk meningkatkan
diuretika serta merangsang kerja ginjal. Saponin dapat menyebabkan iritasi pada
selaput lendir, bersifat toksik pada binatang berdarah dingin yaitu ikan
(Harborne 1987 dalam Sudirman 2011).
Senyawa fenolik meliputi
bermacam senyawa yang memiliki ciri, yaitu berupa senyawa aromatis. Beberapa senyawa
yang termasuk dalam golongan fenolik, antara lain fenol sederhana, lignin,
antrakuinon, flavonoid, tanin dan fenil propanoid. Fenol sederhana memiliki
kelarutan yang terbatas dalam air dan bersifat asam.
Kuinon adalah senyawa berwarna
dan mempunyai kromofor dasar, yaitu kromofor pada benzokuinon, yang terdiri
atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap
karbon-karbon. Dalam identifikasi umumnya kuninon dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid.
Tiga kelompok pertama
biasanya terhidrolisasi dan bersifat senyawa fenol
(Harbone 1987 dalam Sudirman 2011).
Dalam
pengobatan, metabolit sekunder lebih diminati daripada metabolit primer karena
telah terbukti mampu mengobati (mempunyai efek farmakologi), di samping itu
metabolit primer lebih susah dipelajari karena tidak stabil dan memerlukan
peralatan yang canggih. Kualitas senyawa bioaktif dalam tumbuhan hidup
ditentukan oleh faktor internal yaitu genetik dan umur tanaman, serta dipengaruhi
oleh faktor eksternal seperti iklim, kondisi geografis, hama dan penyakit, dan
sebagainya. Selain itu waktu panen penanganan pasca panen juga dapat
berpengaruh terhadap kualitas simplisia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh tanaman antara lain suhu, cahaya, curah
hujan dan ketersediaan air, ketinggia di atas permukaan laut, iklim, angin,
keadaan tanah, kandungan nutrisi termasuk kandungan mineral, jamur, dan
bakteri, keberadaan serangga, adanya hewan herbivora, kerapatan tanaman,
kompetisi dengan tanaman lain (Ubbe 2005 dalam
Febrianti 2010). Asam amino
bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Pada praktikum di
atas, genjer membentuk warna hijau tua karena tidak dapat bereaksi dengan
Ninhidrin. Hal ini menandakan genjer pada uji tersebut tidak mempunyai gugus
asam amino bebas.
Genjer pada praktikum ini tidak ditemkan adanya
kandungan karbohidrat karena tidak terbentuknya cincin ungu pada kedua batas
cairan dan warna yang terbentuk hijau tua. Fenol hidrokuinon pada genjer aktif
karena tanaman genjer memiliki kandungan alkohol (Maisuthisakul et
al. 2008). Genjer memiliki kandungan gula pereduksi karena warna
yang ditimbulkan terbentuk endapan merah.
Genjer pada praktikum ini tidak memiliki kandungan
saponin karena tidak ditemukan adanya busa
dalam suatu reaksi uji tersebut. Kandungan flavonoid pada genjer
bersifat negatif, namun seharusnya pada tanaman
genjer mengandung flavonoid, hal ini disebabkan oleh perbedaan pada
jenis tanaman yang digunakan, juga faktor internal lainnya seperti umur
tanaman, habitat atau lingkungan yang ditempatinya.
Uji steroid
pada tanaman genjer bersifat positif. Hal ini menandakan bahwa tanaman genjer memiliki
kandungan steroid. Alkaloid pada genjer bersifat negatif karena setelah dilakukan campuran zat dengan ketiga
pereaksi yaitu pereaksi Dragendorff, Meyer, dan Wagner menunjukkan hasil yang negatif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Uji
fitokimia tanaman
genjer (Limnocharis flava) memiliki
senyawa aktif yang menunjukkan hasil positif
yaitu steroid, fenol hidrokuinon, dan benedict. Sedangkan
senyawa lainnya tidak aktif pada tanaman
genjer. Genjer tidak memiliki kandungan saponin,
alkaloid, molisch, ninhidrin, dan
biuret.
Praktikum
analisis uji fitokimia pada tanaman genjer seharusnya lebih di variasikan dan
dibandingkan dengan tanaman air lainnya agar memperoleh suatu informasi yang
lebih pasti. Perlu dilakukannya percobaan lebih lanjut agar mengetahui jelas
kandungan bahan aktif pada tanaman genjer yang bisa dimanfaatkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Febrianti
F.2010. Kandungan Total Fenol, Komponen Bioaktif, dan Aktivitas Antioksidan
Buah Pedada (Sonerattia caseolaris). [skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Harborne JB. 1987. Metode
Fitokimia. Edisi ke-2. Padmawinata
K, Soediro I, penerjemah. Bandung:
Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Lenny
Sovia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida,
Alkaloida. USU Repository.
Maisuthisakul P.,
Suttajit M., Pongsawatmanit R. 2005. Assessment of phenolic content and free
radical-scavenging capacity of some Thai indigenous plants. Journal of Food Chemistry 100 (2007):
1409-1418.
Maria L. Efisiensi genjer, kangkung air, dan selada air
dalam menurunkan konsentrasi logam besi (Fe) di dalam medium air tawar
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Nisma F dan Arman
B. 2008. Seleksi beberapa tumbuhan air sebagai penyerap logam berat Cd, Pb, dan
Cu di kolam buatan FMIPA UHAMKA. [penelitian]. Jakarta: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Rini. 2009.
Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Simpur (Dillenia indica) dari Berbagai Metode
Ekstraksi dengan Uji Anova [makalah]. Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Sastrohamidjojo H. 1996. Sintesis Bahan
Alam Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sirait M. 2007. Penuntun
Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sudirman S. 2011. Aktivitas antioksidan dan komponen
bioaktif kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Ubbe,
Umar. 2005. Diktat Kimia
Bahan Makanan. Makassar: Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin.
Winarno FG.
2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tanaman genjer (Limnocharis flava)
Lampiran 2 Hasil
uji fotokimia genjer (Limnocharis flava)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar