Kamis, 14 Juni 2012

Analisis Komponen Bioaktif Genjer



ANALISIS KOMPONEN BIOAKTIF PADA GENJER (Limnocharis flava)

Fatmasari Nuarisma/C34100055

Departemen Teknologi Hasil Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

22 Mei 2012

ABSTRAK
Genjer (Limnocharis flava) tumbuhan darat liar sama seperti kangkung, semanggi dan bopong yang termasuk pada jenis yang sama, tapi genjer hanya akan tumbuh subur di lahan yang banyak tergenang air. Ekstraksi adalah istilah yang digunakan untuk operasi yang melibatkan perpindahan suatu konstituen padat atau cair (solute) ke dalam cairan lain yaitu solvent atau pelarut. Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi tunggal dengan pelarut etanol. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan.  Uji fitokimia tanaman genjer (Limnocharis flava) memiliki senyawa aktif yang menunjukkan hasil positif yaitu steroid, fenol hidrokuinon, dan benedict. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui komponen bioaktif yang terdapat pada tanaman genjer. Hasil praktikum menunjukkan genjer memiliki senyawa aktif steroid, fenol hidrokuinon, dan Benedict.

Kata kunci: ekstraksi, fitokimia, genjer, Limnocharis flava


PENDAHULUAN
Genjer (Limnocharis flava) merupakan tumbuhan darat liar sama seperti kangkung, semanggi dan bopong yang termasuk pada jenis yang sama, tapi genjer hanya akan tumbuh subur di lahan yang banyak tergenang air. Tumbuh di lembah sungai, genjer juga mudah ditemui pada lapisan tanah gembur dan lapisan lumpur yang tergenang air dangkal. Selain itu lahan persawahan yang digenangi air setelah masa panen atau disela tanaman padi yang masih muda (Maria 2001). Tanaman genjer yang sering disebut sebagai tanaman terna ini berasal dari daerah tropis Amerika, tetapi terdapat juga tumbuh liar di daerah panas lain.
Pemanfaatan tanaman genjer sering dijadikan sebagai bahan masakan untuk sayuran, seperti pada daunnya. Pada bunga genjer muda juga enak dijadikan masakan. Genjer cocok diolah menjadi tumisan, lalap, pecel, campuran gado-gado atau dibuat sayur bobor. Biasanya tanaman genjer (Limnocharis flava) ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok.
Berikut adalah klasifikasi tanaman genjer menurut plantamor.com (2008) adalah:
Kingdom          : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Ordo                : Alismatales
Famili              Limnocharitaceae 
Genus              Limnocharis
Spesies
            Limnocharis  flava
Genjer merupakan tumbuhan rawa yang berakar dalam tanah, bergetah dan menghasilkan tanaman baru dengan membengkokkan tangkai bunga kemudian terbentuk akar pada ujungnya. Tanaman ini berumur lebih dari satu tahun atau karena pengeringan periodik tempat tumbuhnya berumur satu tahun, tumbuh luas merumpun. Secara morfologi, tanaman genjer memiliki panjang daun 7,5 – 27 cm, berwarna hijau muda, bentuk bulat telur dengan tangkai daun yang panjang, tebal, bersisi tiga dan sisi belakang ujung daun berpori air dengan tepi warna keunguan. Bunga genjer majemuk dengan berbentuk payung, agak lunak, tebal dengan tungkai bungai yang panjang (Nisma dan Arman 2008).
Tanaman genjer (Limocharis flava) merupakan tanaman yang mempunyai daun yang termasuk kategori daun lengkap. Daun genjer mempunyai ketiga bagian-bagian daun itu. Jadi berdasarkan kelengkapan daun, tanaman genjer ini termasuk pada daun lengkap. Pada tanaman ini tidak ditemukan daun tambahan, dan jumlah helaian daun tanaman ini termasuk pada kategori daun tunggal (folium simplex) (Nisma dan Arman 2008).
        Berdasarkan susunan tulang daun, tanaman genjer memiliki tulang daun yang melengkung yaitu daun yang susunan tulang daunnya melengkung. Bagian daun terlebar pada genjer terletak pada bagian tengah helaian daun. Ujung distal helai daun (apex) meruncing (acuminatus). Tunggal, roset akar, bertangkai persegi, lunak, panjang 15-25 cm, helai daun lonjong, ujung meruncing pangkal tumpul, tepj rata, panjang 5-50 cm, lebar 4 25 cm, pertulangan sejajar, hijau. Berdasarkan sifat batang genjer termasuk pada batang basah (herba), karena batang ini biasanya mengandung air, tidak berkayu dan berwarna hijau. Batang tanaman genjer berbentuk bundar (globosus).         Arah batang di atas tanah genjer memiliki batang yang tegak (erectus) dengan berarah tegak lurus ke atas. Apabila dilihat tanaman ini mempunyai akar serabut. Akar lembaga dari tanaman ini dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan berasal dari calon akar yang asli yang dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut, oleh karena itu dinamakan akar serabut (radix adventicia). Morfologi genjer dapat dilihat pada Gambar 1 (Lampiran 1).
        Pemanfaatan tanaman genjer (Limnocharis flava) dilakukan terhadap daun muda dengan petiole dan buah yang belum terbuka yang dimakan sebagai sayuran, di Indonesia terutama di Jawa Barat, Malaysia, dan Thailand. Tanaman ini biasanya tidak dimakan mentah tetapi dipanaskan di atas api atau dimasak untuk waktu yang singkat. Pengolahan genjer sebagai penambah nafsu makan adalah dengan pengukusan genjer segar hingga setengah matang yang dikonsumsi sebagai lalapan. Daun dan bunga genjer berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Daun dan bunga genjer banyakmengandungkardenolin,flavonoid, dan polifenol. Selain disayur, genjer juga digunakan sebagai pakan makanan ternak, batang genjer dicacah menjadi bagian kecil-kecil, kemudian dicampur dengan bekatul atau dedak.
        Praktikum Uji Fitokimia Genjer (Limnocharis flava) bertujuan untuk mengetahui komponen bioaktif yang terdapat pada tanaman genjer.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
        Praktikum Uji Fitokimia genjer (Limnocharis flava) dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2012, pukul 10.30 sampai dengan 13.30 WIB.      Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat.
        Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah etanol 95%, Anhidra asetat, serbuk Magnesium, Amil alkohol, alkohol, etanol 70%, pereaksi Molisch, pereaksi Benedict, pereaksi Biuret, Ninhidrin, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan  pereaksi Wagner.
        Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur, pisau, talenan, alumunium foil, timbangan, kapas, orbital shaker, rotary vacuum evaporator, tabung reaksi, pipet tetes, pipet volumetrik, dan sudip.
Prosedur Kerja
Ekstraksi dilakukan dengan menghancurkan sampel sebanyak   25 gram kemudian dimaserasi dengan dengan pelarut kloroform sebanyak 100 ml selama 48 jam dengan diberi goyangan menggunakan orbital shaker dengan kecepatan 8 rpm. Hasil maserasi yang berupa larutan kemudian disaring dengan kertas saring Whatman 42 sehingga diperoleh filtrat dan residu. Setiap residu di maserasi dengan pelarut dan filtratnya dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 50 oC. Ekstrak yang diperoleh kemudian digunakan untuk untuk uji fitokimia. Diagram alir uji fitokimia genjer dapat dilihat pada Gambar 2.
Uji fitokimia meliputi uji alkaloid, uji steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, Molisch, Benedict, Ninhidrin, dan Biuret. Uji alkaloid dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan pereaksi Dragendorff, Wagner, dan Meyer.
        Uji Steroid dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel dalam        3-4 tetes kloroform, lalu ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3  tetes asam sulfat pekat.
        Uji flavonoid dilakukan dengan menambahkan 2 ml sampel dan serbuk magnesium, amil alkohol serta alkohol. Uji saponin dilakukan dengan mendeteksi busa dalam air panas.
        Uji fenol hidrokuinon dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel dengan etanol 70% kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%.
        Uji Molisch dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel dalam pereaksi Molisch sampai terbentuk warna ungu.
        Uji Benedict dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel dalam pelarut Benedict, dididihkan selama 5 menit. Uji Biuret dilakukan dengan melarutkan 2 ml sampel dalam pereaksi Biuret sampai berwarna ungu.
Oval: Genjer segar        Uji Ninhidrin dilakukan dengan melarutkan sampel dalam beberapa tetes larutan Ninhidrin 0.10%, kemudian dipanaskan sampai terbentuk warna biru.



 




 










Gambar 2 Diagram alir prosedur kerja ekstraksi genjer (Limnocharis flava)

HASIL DAN PEMBAHASAN
            Uji fitokimia atau kadang disebut fitonutrien merupakan segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan. Fitokimia ini biasanya digunakan untuk merujuk pada pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tetapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Komponen-komponen aktif yang terdapat dalam senyawa fitokimia adalah alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, fenol hidrokuinon, tannin dan  polifenol (Sovia 2006).
Berikut merupakan hasil uji fitokimia pada tanaman genjer (Limnocharis flava) pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil uji fitokimia Limnocharis flava.
Uji
Hasil
Warna
-/+
Awal
Akhir
Alkaloid



Dragendorff
-
Hijau tua
Jingga tanpa endapan
Meyer
-
Kuning kehijauan
Kuning bening
Wagner
-
Hijau tua
Coklat tanpa endapan
Steroid
+
Hijau tua
Hijau tua pekat
Flavonoid
-
Hijau tua
Hijau tua
Saponin
-
Hijau tua
Tak berbusa
Molisch
-
Hijau tua
Hijau tua
Benedict
+
Hijau tua
Endapan merah bata
Fenol hidrokuinon
+
Hijau kekuningan
Hijau tua
Ninhidrin
-
Hijau tua
Hijau tua
Biuret
-
Hijau tua
Hijau tua





           
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil uji fitokimia yang menghasilkan nilai positif yaitu ada pada uji steroid, benedict dan fenol hidrokuinon. Pada uji steroid warna yang dihasilkan yaitu hijau tua pekat, benedict berwarna merah bata, dan pada fenol hidrokuinon berwarna hijau tua. Hasil ini berbeda dengan apa yang dikatakan Nisma dan Arman (2008) bahwa genjer mempunyai kandungan kardenolin, flavonoid, dan polifenol. Hasil ini berbeda karena kebanyakan senyawa aktif dalam tumbuhandikelompokkan ke dalam golongan metabolit sekunder, yaitu senyawa yang disintesis oleh tumbuhan bukan untuk kebutuhan tumbuh dan berkembang, melainkan untuk mempertahankan eksistensi dan keberlanjutan spesiesnya dalam berinteraksi dengan ekosistem.
            Maisuthisakul et al. (2005) meneliti mengenai aktivitas anti radikal, kadar flavonoid dan total fenol. Menurut penelitiannya bahwa kadar fenol pada daun genjer yaitu 5,4 mg GAE/g db, flavonoid sebesar 3,7  mg GAE/g db, dan aktivitas anti radikal sebesar 0,1 l/EC50.
Uji alkaloid merupakan metabolit basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid adalah senyawa kimia tanaman hasil metabolit sekunder yang terbentuk berdasarkan prinsip pembentukan campuran. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal dan hanya sedikit yang berbentuk cairan pada suhu kamar, contohnya pada nikotina.
Senyawa-senyawa golongan alkaloid misalnya caffeine, theobromine dan theophylline (Sirait 2007). Kelompok senyawa alkaloid terdiri dari alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid dan pseudoalkaloid. Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklis, diturunkan dari asam amino, dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana, nitrogen asam amino tidak terdapat cincin heterosiklis, dan diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino dan biasanya senyawa ini bersifat basa (Sastrohamidjojo 1996 dalam Sudirman 2011).
Uji flavonoid merupakan kelompok besar fitokimia yang bersifat melindungi dan banyak terdapat pada buah dan sayuran. Flavonoid sering dikenal sebagai bioflavonoid yang berperan sebagai antioksidan. Antioksidan dapat menetralkan atau menginaktifkan reaksi yang tidak stabil pada molekul
yang disebut sebagai radikal bebas yang dapat menyerang sel tubuh. Flavonoid terdapat beberapa jenis dan masing-masing berperan dalam menjaga kesehatan. Senyawa-senyawa flavonoid termasuk di dalamnya adalah resveratrol, anthocyanin, quercetin, hesperidin, tangeritin, kaemferol, myricetin dan apigenin.
Flavonoid telah ditemukan pada jeruk, kiwi, apel, anggur merah, brokoli dan teh hijau. Flavonoid adalah bagian dari senyawa fenolik yang terdapat pada pigmen tumbuh-tumbuhan. Kesehatan manusia sangat tergantung pada flavonoid sebagai antioksidan untuk mencegah kanker. Manfaat utama flavonoid adalah untuk melindungi struktur sel, membantu memaksimalkan manfaat vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai antibiotik dan anti-inflamasi (Winarsi 2007 dalam Sudirman 2011).
Flavonoid juga dapat berperan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit umum lainnya, yaitu periodontitis, wasir (ambeien), encok, rematik, diabetes melitus, katarak dan asma. Istilah flavonoida diberikan untuk senyawasenyawa fenol yang berasal dari kata flavon yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar  jumlahnya dalam tumbuhan (Harborne 1987 dalam Sudirman 2011).
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari  hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Sterol atau steroid adalah triterpenoid yang kerangka dasarnya cincin siklopentana perhidrofenantren. Senyawa sterol pada tumbuhan disebut dengan fitosterol, yang umum terdapat pada tumbuhan tinggi adalah sitosterol, stigmasterol dan kampesterol. Senyawa ini dapat diklasifikasikan menjadi steroid dengan atom karbon lebih dari 21, yaitu sterol, sapogenin, glikosida jantung dan vitamin D. Senyawa ini dapat digunakan dalam pembuatan obat (Harborne 1987 dalam Sudirman 2011).
Saponin atau glikosida sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar luas dalam tanaman. Tiap saponin terdiri dari sapogenin yang merupakan molekul aglikon dan sebuah gula. Saponin merupakan senyawa yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah, sering digunakan sebagai deterjen. Saponin dapat digunakan untuk meningkatkan diuretika serta merangsang kerja ginjal. Saponin dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir, bersifat toksik pada binatang berdarah dingin yaitu ikan (Harborne 1987 dalam Sudirman 2011).
Senyawa fenolik meliputi bermacam senyawa yang memiliki ciri, yaitu berupa senyawa aromatis. Beberapa senyawa yang termasuk dalam golongan fenolik, antara lain fenol sederhana, lignin, antrakuinon, flavonoid, tanin dan fenil propanoid. Fenol sederhana memiliki kelarutan yang terbatas dalam air dan bersifat asam.
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar, yaitu kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Dalam identifikasi umumnya kuninon dibagi menjadi empat kelompok, yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama
biasanya terhidrolisasi dan bersifat senyawa fenol (Harbone 1987 dalam Sudirman 2011).
            Dalam pengobatan, metabolit sekunder lebih diminati daripada metabolit primer karena telah terbukti mampu mengobati (mempunyai efek farmakologi), di samping itu metabolit primer lebih susah dipelajari karena tidak stabil dan memerlukan peralatan yang canggih. Kualitas senyawa bioaktif dalam tumbuhan hidup ditentukan oleh faktor internal yaitu genetik dan umur tanaman, serta dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti iklim, kondisi geografis, hama dan penyakit, dan sebagainya. Selain itu waktu panen penanganan pasca panen juga dapat berpengaruh terhadap kualitas simplisia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh tanaman antara lain suhu, cahaya, curah hujan dan ketersediaan air, ketinggia di atas permukaan laut, iklim, angin, keadaan tanah, kandungan nutrisi termasuk kandungan mineral, jamur, dan bakteri, keberadaan serangga, adanya hewan herbivora, kerapatan tanaman, kompetisi dengan tanaman lain (Ubbe 2005 dalam Febrianti 2010). Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Pada praktikum di atas, genjer membentuk warna hijau tua karena tidak dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan genjer pada uji tersebut tidak mempunyai gugus asam amino bebas. 
Genjer pada praktikum ini tidak ditemkan adanya kandungan karbohidrat karena tidak terbentuknya cincin ungu pada kedua batas cairan dan warna yang terbentuk hijau tua. Fenol hidrokuinon pada genjer aktif karena tanaman genjer memiliki kandungan alkohol (Maisuthisakul et al. 2008). Genjer memiliki kandungan gula pereduksi karena warna yang ditimbulkan terbentuk endapan merah.
Genjer pada praktikum ini tidak memiliki kandungan saponin karena tidak ditemukan adanya busa dalam suatu reaksi uji tersebut. Kandungan flavonoid pada genjer bersifat negatif, namun seharusnya pada tanaman genjer mengandung flavonoid, hal ini disebabkan oleh perbedaan pada jenis tanaman yang digunakan, juga faktor internal lainnya seperti umur tanaman, habitat atau lingkungan yang ditempatinya.
Uji steroid pada tanaman genjer bersifat positif. Hal ini menandakan bahwa tanaman genjer memiliki kandungan steroid. Alkaloid pada genjer bersifat negatif karena setelah dilakukan campuran zat dengan ketiga pereaksi yaitu pereaksi Dragendorff, Meyer, dan Wagner menunjukkan hasil yang negatif.

KESIMPULAN DAN SARAN
            Uji fitokimia tanaman genjer (Limnocharis flava) memiliki senyawa aktif yang menunjukkan hasil positif yaitu steroid, fenol hidrokuinon, dan benedict. Sedangkan senyawa lainnya tidak aktif pada tanaman genjer. Genjer tidak memiliki kandungan saponin, alkaloid, molisch, ninhidrin, dan  biuret.
            Praktikum analisis uji fitokimia pada tanaman genjer seharusnya lebih di variasikan dan dibandingkan dengan tanaman air lainnya agar memperoleh suatu informasi yang lebih pasti. Perlu dilakukannya percobaan lebih lanjut agar mengetahui jelas kandungan bahan aktif pada tanaman genjer yang bisa dimanfaatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Febrianti F.2010. Kandungan Total Fenol, Komponen Bioaktif, dan Aktivitas Antioksidan Buah Pedada (Sonerattia caseolaris). [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan   Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia.    Edisi ke-2. Padmawinata K,  Soediro I, penerjemah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Lenny Sovia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida, Alkaloida. USU Repository.
Maisuthisakul P., Suttajit M., Pongsawatmanit R. 2005. Assessment of phenolic content and free radical-scavenging capacity of some Thai indigenous plants. Journal of Food Chemistry 100 (2007): 1409-1418.
Maria L. Efisiensi genjer, kangkung air, dan selada air dalam menurunkan konsentrasi logam besi (Fe) di dalam medium air tawar [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Nisma F dan Arman B. 2008. Seleksi beberapa tumbuhan air sebagai penyerap logam berat Cd, Pb, dan Cu di kolam buatan FMIPA UHAMKA. [penelitian]. Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Rini. 2009. Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Simpur (Dillenia indica) dari Berbagai Metode Ekstraksi dengan Uji Anova [makalah]. Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Sastrohamidjojo H. 1996. Sintesis Bahan Alam Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sudirman S. 2011. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Ubbe, Umar. 2005. Diktat Kimia Bahan Makanan. Makassar: Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan     dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
[Plantamor.com] klasifikasi     genjer. 2008.   www.plantamor.com. [22 Mei2012].













































LAMPIRAN
Lampiran 1 Tanaman genjer (Limnocharis flava)
Sumber: Navida (2008)

Lampiran 2 Hasil uji fotokimia genjer (Limnocharis flava)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar