ANALISIS KADAR AIR PADA BELUT SAWAH
(Monopterus albus)
Fatmasari
Nuarisma/C34100055
Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Tanggal: 8 mei
2012
ABSTRAK
Belut merupakan kelas Pisces yang
memilik ciri fisik yang sedikit berbeda dengan kelas Pisces lainnya. Bentuk
tubuhnya menyerupai ular, yaitu gilig (silindris), tubuh lebih panjang
dibandingkan dengan belut yang memiliki lingkar tubuh kecil. Belut termasuk
hewan karnivora, memiliki lambung yang besar, palsu, tebal, dan elastis. Analisis
proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasikan
kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Metode ini didasarkan
pada komposisi susunan kimia dan kegunaan bahan makanan. Analisis proksimat
ikan belut sawah yaitu pada kadar air 78,80%, kadar abu 0,65%, kadar lemak
0,58%, dan kadar protein sebesar. Hasil analisis proksimat terbesar terdapat
pada kadar air, yaitu sebesar 78,80% dan yang paling mendominasi dalam
kandungan proksimat belut. Sedangkan hasil proksimat terbesar kedua yaitu
aterdapat pada kadar protein sebesar 15,76%, dihasil ketiga yang terdapat kadar
abu sebesar 0,65% dan terkecil yaitu pada kadar lemak sebesar 0,58%. Ikan belut
yang dipraktikumkan memiliki rendemen daging sebesar 49.56%, rendemen kulit
sebesar 7.21%, rendemen tulang sebesar
14.58%, rendemen kepala sebesar 9.21% dan rendemen jeroan sebesar 19.44%.
Tujuan melakukan praktikum adalah untuk memprediksi suatu bahan termasuk
didalamnya analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein.
Kata kunci: analisis proksimat, belut, kadar air, Monopterus albus, preparasi,
rendemen
PENDAHULUAN
Monopterus
albus atau ikan belut sawah merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan
bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya
licin. Belut dewasa rata-rata hanya sepanjang 50 cm. Lingkar tubuhnya 5-7 cm
(Ahmad 2007).
Belut memiliki sifat
hermafrodit dimana dapat berganti kelamin selama hidupnya. Belut muda akan
selalu betina, dan bila sudah dewasa maka akan berganti kelamin secara otomatis
menjadi jantan. Belut secara alami akan memiliki masa kawin selama musim hujan 3
sampai 4 bulan. Hewan ini memakan segala jenis binatang kecil di air, seperti
ikan kecil (Azahari 2007).
Habitat belut berada di
sekitar sungai, sawah ataupun lahan basah dataran rendah lainnya. Belut (Monopterus albus) mampu hidup dengan
tanpa air dalam jangka waktu yang lama (Ibrahim 2002). Belut suka memakan
anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa atau
lumpur dan di kali-kali kecil (Erniawati 2010).
Berikut klasifikasi
ikan belut (Monopterus albus) menurut Saanin 1984 dalam Ibrahim 2002:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Synbranchoidea
Famili : Synbranchidae
Genus : Monopterus
Spesies : Monopterus albus
Morfologi belut secara
umum memiliki bentuk tubuh panjang dan bulat seperti ular, tapi tidak bersisik
dan matanya kecil. Sirip dubur dan sirip punggung berubah menjadi sembulan
kulit yang tidak berjari-jari. Sirip perut dan sirip dadanya tidak ada. Bagian
badannyalebih [anjang dari bagian ekornya, yang pendek tirus (makin keujung
makin kecil). Tinggi badan kurang lebih 1/20 kali panjang tubuhnya. Lengkung
insangnya terdiri dari tiga pasang. Bibirnya berupa lipatan kulit yang lebar
disekeliling mulutnya. Giginya kecil runcing berbentuk kerucut (Sarwono 1994 dalam Ibrahim 2002).
Menurut data produksi ikan belut (Monopterus albus)
bahwa dilihat dari produksinya, ikan belut di Indonesia banyak di budidayakan
di kolam. Jumlah produksi perikanan budidaya kolam pada tahun 2010 ikan belut
mencapai 106 ton (KKP 2010). Data statistik perikanan provinsi Jawa Barat yang
diacu dalam KKP (2011) menunjukkan, produksi belut di kabupaten Bandung pada
tahun 2008 sebesar 123.98 ton, dan meningkat menjadi 152.46 ton pada tahun
2009.
Untuk mengetahui
komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan maupun pangan
dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Analisis proksimat
merupakan suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat
makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Metode ini didasarkan pada komposisi
susunan kimia dan kegunaan bahan makanan. Analisis proksimat menganalisis
beberapa komponen seperti zat makanan air (bahan kering), bahan anorganik
(abu), protein, lemak, dan serat kasar.
Tujuan melakukan
analisis uji proksimat pada ikan belut (Monopterus
albus) adalah untuk mengetahui komposisi kimia pada suatu bahan.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat
Praktikum
Analisis Uji Proksimat Belut (Monopterus
albus) dilaksanakan pada tanggal hari Selasa, 8 Mei
2012 pukul 10.30 WIB sampai 14.00 WIB, di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku
Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan
pada praktikum adalah belut (Monopterus
albus), air, garam, dan abu gosok.
Alat yang digunakan
adalah pisau, talenan, dan timbangan.
Prosedur
Kerja
Prosedur
kerja yang dilakukan dalam menganalisis kadar proksimat belut yaitu diawali
dengan memberi perlakuan dengan membuat belut dalam keadaan pingsan kemudian
belut ditimbang bobot tubuhnya. Setelah dilakukan penimbangan kemudian bagian
kulit belut di fillet. Untuk melakukan fillet pada kulit belut dapat mudah dilakukan yaitu dengan melumuri
abu gosok. Jika sudah dilakukan pemfilletan maka bagian kepala dipotong agar mempermudah
tahap selanjutnya. Setelah bagian tubuh belut dibuka untuk diambil bagian
jeroannya. Kemudian dilakukan penyayatan daging beserta tulang. Setelah semua
bagian belut terpisah, dilakukan penimbangan masing-masing yaitu kulit, jeroan,
daging, kepala dan tulang belut. Hitung masing-masing hasil rendemen. Berikut
diagram alir prosedur kerja analisis proksimat belut:
Belut
|
Penimbangan
|
Pemfilletan kulit
|
Pemisahan
bagian jeroan
|
Penimbangan
masing-masing bagian (Kulit, jeroan, tulang dan kepala, daging)
|
Penyayatan
daging dan tulang
|
Penimbangan
|
Gambar
2 Diagram alir prosedur kerja
rendemen
Tahap pertama dalam
melakukan analisis kadar air adalah dengan dikeringkannya cawan porselen dalm
oven selama 1 jam pada suhu 105 oC. Cawan tersebut diletakkan ke
dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan dibiarkan sampai dingin kemudian
ditimbang hingga beratnya konstan. Kemudian dimasukkan sampel utnuk dimasukkan
kedalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan di oven selama 5 jam pada suhu 105
oC atau hingga beratnya konstan. Setelah selesai dikeringkan, cawan
tersebut dimasukkan kembali ke dalam desikator untuk didinginkan dan dibiarkan
hingga dingin. Kemudian dilakukan penimbangan kembali.
Berikut adalah diagram
alir prosedur kerja dalam analisis kadar air.
Pengeringan
cawan T 105oC
|
Pendinginan
dalam desikator
|
Penimbangan
cawan
|
Pemberian
sampel ke cawan
|
Pengeringan
di oven kembali
|
Pendinginan
kembali
|
Penimbangan
|
Gambar
2 diagram alir prosedur kerja kadar air
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Belut (Monopterus
albus) merupakan salah satu jenis ikan yang sering ditangkap orang sebagai ikan
liar dan sampai saat ini potensinya belum dimanfaatkan secara maksimal. Menurut
Yuliati 1996 dalam Dewi 2002 ikan
memiliki kandungan mineral sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan daging.
Adapun Sarwono 1999 dalam Dewi 2002
menyatakan bahwa kandungan mineral yang terdapat pada belut cukup tinggi
seperti fosfor, kalsium, dan besi.
Belut ikan belut hidupnya dilumpur sehingga bau lumpur akan
mempengaruhi produk olahan ikan belut ini. Untuk menghilangkan bau lumpur, maka
perut ikan belut harus dikosongkan terlebih dahulu dengan membiarkannya didalam
wadah berisi air bersih baik dengan air yang mengalir ataupun tidak mengalir
selama satu hari (Peranginangin & Yunizal 1992 dalam Dewi 2002).
Belut merupakan bahan pangan yang mulai digemari oleh setiap
kalangan masyarakat karena rasanya yang gurih dan bernilai gizi tinggi.
Hasil rendemen pada ikan belut yang dipraktikumkan memiliki
rendemen daging sebesar 49.56%, rendemen kulit sebesar 7.21%, rendemen
tulang sebesar 14.58%, rendemen kepala
sebesar 9.21% dan rendemen jeroan sebesar 19.44%.
Untuk mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya
suatu bahan pakan maupun pangan dilakukan analisis kimia yang disebut analisis
proksimat. Analisis proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk
mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan.
Metode ini didasarkan pada komposisi susunan kimia dan
kegunaan bahan makanan. Analisis proksimat menganalisis beberapa komponen seperti
zat makanan air (bahan kering), bahan anorganik (abu), protein, lemak, dan
serat kasar.
Berikut merupakan hasil analisis uji proksimat belut pada Tabel
1.
Tabel 1 Analisis
proksimat Belut (Monopterus albus)
Analisis proksimat
|
% kadar Belut
|
Kadar air
|
78,80
0,65
0,58
15,76
|
Kadar abu
|
|
Kadar lemak
|
|
Kadar Protein
|
Tabel
1 menunjukkan bahwa masing-masing analisis proksimat yaitu pada kadar air
78,80%, kadar abu 0,65%, kadar lemak 0,58%, dan kadar protein sebesar 15,76%.
Hasil analisis proksimat terbesar terdapat pada kadar air, yaitu sebesar 78,80%
dan yang paling mendominasi dalam kandungan proksimat belut. Sedangkan hasil
proksimat terbesar kedua yaitu aterdapat pada kadar protein sebesar 15,76%,
dihasil ketiga yang terdapat kadar abu sebesar 0,65% dan terkecil yaitu pada
kadar lemak sebesar 0,58%.
Belut yang dimatikan dengan cara dipukul bagian kepalanya
akan memiliki keadaan daging yang kenyal daripada dimatikan dengan penambahan
konsentrasi garam 3%. Belut dapat dibersihkan dengan melumuri abu gosok ke
seluruh permukaan tubuhnya sampai lendir hilang. Abu gosok memilki daya serap
tinggi dan bentuknya yang kasar mudah menyerap lendir selama tiga kali
pemakaian. Pengkulitan daging belut dapat dilakukan bagi yang ahli. Lain halnya
menurut Rusiana 1998 dalam Dewi 2002
menyatakan bahwa pengkulitan sulit dilakukan karena ikatan antara kulit dan
daging sangat kuat sehingga apabila ditarik daging pun ikut tertarik.
Praktikum yang telah dilaksanakan sudah sesuai yaitu dengan
menggunakan abu gosok. Abu gosok selain untuk mempermudah pengkulitan juga
dapat membersihkan lendir yang terdapat pada ikan belut. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa abu gosok memiliki daya serap yang tinggi dan
bentuknya yang kasar mudah menyerap lendir yang ada pada ikan belut.
Daging belut memiliki warna putih keabu-abuan. Daging ikan
yang baik berwarna putih. Ikan merupakan sumber protein hewani yang cukup
potensial. Protein ikan berdasarkan kelarutannya dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu protein sarkoplasma, protein fibrillar, dan protein stroma.
Protein sarkoplasma memiliki larutan garam yang kadarnya relatif rendah.
Protein ini terdiri dari 10-15% dari total protein ikan, sebagian besar protein
ini adalah miogen. Protein fibril memiliki karakteristik dapat larut pada
larutan garam yang kadarnya tinggi, biasanya terdapat 75-85% dari total protein
ikan. selanjutnya adalah protein stroma yaitu protein ini hanya larut pada
larutan basa atau asam yang kuat, biasanya terdiri dari 3-6% dari total protein
ikan (dewi 2002).
Salah satu zat gizi ikan adalah lemak. Lemak merupakan bagian
integral dari semua bahan. Lemak berperan dalam pembentukan tekstur lembut.
Lemak merupaka komponen flavor dan mempengaruhi mouthfeel bahan pangan. Kandungan gizi lainnya yaitu abu dan air.
Kandungan abu pada ikan dapat digunakan untuk mengetahui komponen mineraldalam
daging seperti kalsium, sodium, dan potasium. Selain itu, ada komponen yang
lebih kecil kandungannya seperti besi, tembaga, dan magnesium. Kandungan air
sangat berpengaruh terhadap tekstur bahan pangan dimana sebagian besar bahan
pangan segar mengandung air 70% atau lebih. Kandungan air ikan umunya berkisar
70-80%. Pada umunya derajat kesegaran ikan bahan pangan mempunyai hubungan dengan
air yang dikandunganya. Kadar air juga sangat berpengaruh terhadap daya awet
bahan pangan (Dewi 2002).
Berikut merupakan tabel komposisi atau kandungan yang
terdapat pada ikan belut.
Tabel 2
Komposisi zat gizi ikan belut dalam 100 g bahan
Zat
Gizi
|
Kandungan
(g)
|
Air
|
79,0
|
Protein
|
16,7
|
Lemak
|
2,3
|
Abu
|
1,8
|
Sumber: Nio 1998
dalam Dewi 2002
Menurut Nuruddin (2007), belut merupakan ikan konsumsi air
tawar yang banyak dgemari. Hampir 50% dari kandungan tubuhnya mengandung
protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan.
Air merupakan komponen terpenting dalam bahan makanan, karena
air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur serta cita rasa makanan. Kadar air
dalam bahan pangan menentukan penerimaan dan daya tahan bahan tersebut (Winarno
1997 dalam Dewi 2002).
Penentuan kadar air
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Hal ini tergantung dengan sifat bahan
yang digunakan. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan
bahan (sampel) dalam oven pada suhu 105-110oC) selama 3 jam atau
sampai didapat berat yang konstan (Winarno 2004).
Tabel 1 menunjukkan bahwa
hasil uji proksimat belut (Monopterus
albus) memiliki kadar air yang dihasilkan yaitu sebesar 78,80%. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan air yang tinggi pada ikan belut dapat menyebabkan perantara
adanya tumbuh kembang bakteri sehingga memungkinkan cepat terjadinya pembusukan
pada belut. Oleh karena itu pentingnya higienitas dan sanitasi dalam
penangangan belut tersebut. Sehingga menghasilkan belut yang tetap terjaga
komposisi kandungan gizinya dengan baik.
SIMPULAN
DAN SARAN
Praktikum hasil analisis
uji proksimat ikan belut sawah (Monopterus albus) yaitu pada kadar terbesar
adalah kadar air sebesar 78,80%. Kadar proksimat terbesar kedua yaitu kadar abu
0,65%, kadar lemak 0,58%, dan kadar protein sebesar. Hasil analisis proksimat
terbesar terdapat pada kadar air, yaitu sebesar 78,80% dan yang paling
mendominasi dalam kandungan proksimat belut. Sedangkan hasil proksimat terbesar
kedua yaitu aterdapat pada kadar protein sebesar 15,76%, dihasil ketiga yang
terdapat kadar abu sebesar 0,65% dan terkecil yaitu pada kadar lemak sebesar
0,58%.
Perlu
adanya peningkatan variasi dari jenis-jenis ikan yang akan di uji kadar
proksimatnya. Agar dapat memiliki pengetahuan informasi yang lebih terhadap kandungan
gizi pada setiap jenis ikan baik ikan air tawar dan ikan air laut.
DAFTAR
PUSTAKA
Azahari H. 2007.
Pengolahan dan kelayakan usaha abon ikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari 8 (3) : 74-80. Jambi: Universitas Batanghari
Jambi.
Ibrahim I. 2002.
Studi pembuatan kamaboko ikan belut (Monopterus
albus) dengan berbagai suhu perebusan dan konsentrasi tepung terigu
[skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nio OK. 1998.
Daftar Analisis Bahan Makanan. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia.
Nuruddin 2007.
Belut: Dari Lumur Masuk dapur dalam Trobos, Bumi Memanas Peternakan Waswas. No
98 November 2007 Tahun VIII. PT. Galur Prima Cobb Indonesia, Jakarta.
Peranginangin
& Yunizal. 1992. Pengalengan Belut. Dalam F. Cholik (Ed.), Kumpulan
Hasil-hasil Penelitian Perikaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta.
Rusiana. 1988.
Pembuatan Dendeng Gepuk Belut dan Daya Terima Konsumen [skripsi]. Bogor:
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I.
Jakarta: Binacipta.
Santi YM. 2009.
Analisis usaha agroindustri keripik belut sawah (Monopterus albus) di Kabupaten Klaten [skripsi]. Surakarta: Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,Universitas Sebelas Maret.
Sarwono. 1999. Budidaya Belut dan Sidat. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Winarno FG.
2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Yuliati LN.
1996. Penyelenggaraan Makanan. Diktat yang tidak dipublikasikan. Bogor: Jurusan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar