Rabu, 28 September 2011

29 September 2011

Mulai hari dengan bangun tidur yang telat, untuk menuju kampus dengan peralatan kuliah seadanya. Waktu telah menunjukkan pukul 6.05, dan aku pun baru beranjak untuk mandi dengan tak semangat berangkat kuliah jam 7 pagi. Dengan buru-buru untuk mandi dan hal sebagainya, jam 6.46 telah didepan mata. Akupun mengambil sepatu dirak sepatu tanpa peduli dengan keadaan kamar yang berantakan karna semaleman menangisi sebuah masalah yang membuat mata ini bengkak.
Sebelumnya, malah hari kemarin aku mengalami keadaan yang sangat gundah gulan tanpa seorang temen yang bisa mendengarkan curhatanku. Aku hanya curhat dengan mereka lewat sebuah sms dan chat. Itupun tidak membuatku puas hati, karena masih banyak luka didalam yang sangat menusuk hati. Sampai akhirnya aku harus mengikuti kegiatan rapat jam 7 malam, dengan kondisi kota Bogor yang hujan kecil. Dengan kondisi yang tak membuat semangat itu, aku terpaksa mengikuti kegiatan rapatku. Sampai akhirnya jam 8 malam lewat rapat itupun berakhir. Masih ditemani hujan rintik-rintik yang makin mebuat hati ini kalut. Sungguh hari yang buruk yang aku alami.
Di kosan yang sangat sepi, makin membuatku sangat galau, gundah gulana, bla bla bla. Tugas menumpuk serasa ingin dikerjakan namun apa daya, fisik tak ingin untuk dikerjakan. Status demi status kutulis di facebook, yang mulai merasakan kangen dengan sanak keluarga di Jakarta. Sudah 3 minggu lamanya aku belum sempat untuk balik karena penuhnya tugas di departemen ku ini. Statusku akhirnya membuat ayahku menelfon, untuk menanyakan keadaan ku disini, sungguh mengharukan, tetesan air mata mulai turun deras saat aku mendengar suara mereka, aku kangen dengan mereka.
Curahan hati mulai kucurahkan pada ibu tercinta, tetesan air mata terus deras dari pelupuk kelenjar mataku, karena telah tak kuat menghadapi keadaan kuliah ku disini. Dari mulai menghadapi tugas yang banyak, praktikum setiap hari, sampai konflik dengan teman sekelas pun kualami. Namun aku tak kuasa menghadapi ketidakenakkan kepada temanku. Dari awal ku ceritakan keadaaan ku disini kepada ibunda tercinta, terus mengalir air mata ini karena tak kuasa ku tahan. Setelah semua kucurahkan, aku mulai mendapat sebuah kecerahan dari nasihat-nasihat nya. Aku mulai diberi kekuatan jiwa dari ibu, yang telah ku anggap sebagai pencerah hidupku. Dengan beliau, aku merasa bahagia berada disisinya. Dengan suaranya yang lembut, sungguh menenangkan hati.


To be continued ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar